Wartaislam.com - Sebidang tanah sudah ditawar Aziz untuk ia beli.
Tanah itu persis berada di belakang rumahnya di kawasan Cilangkap. Nilai
tanah itu Rp 89 juta. Harga telah disepakati dan Aziz berjanji untuk
membayarnya 2 bulan lagi.
Waktu yang dimaksud telah dekat, Alhamdulillah Aziz pun diberi
kemudahan oleh Allah untuk mengumpulkan dana. Namun ada kabar dari
kampung bahwa ayah terkena dan perlu dirawat.
Berangkatlah Aziz sekeluarga ke kampung untuk menjenguk ayah. Sang
ayah dibawa ke rumah sakit & dirawat dalam waktu yang cukup lama
dengan biaya yang tidak sedikit. Atas izin Allah Swt, sang ayah pun
kembali ke pangkuan Allah Swt setelah dirawat sekian lama.
Biaya perawatan ternyata tinggi, dan keluarga pun berembug. Saat itu
kondisi semua anak-anak ayah sedang kesulitan, padahal biaya perawatan
harus dibayar.
Teringat dengan tabungan yang disiapkan untuk pembelian tanah, maka
Aziz pun menarik tangan istrinya untuk bicara empat mata. "Ma..., boleh
gak uang pembelian tanah kita pakai dulu untuk bayar perawatan ayah?!"
tanya Aziz kepada istrinya.
"Emmm....," istrinya hanya bisa bergumam. Ingin sekali ia membantu
sekuat tenaga, namun ia khawatir bagaimana dengan janji kepada pemilik
tanah. "Kita saja ya yang bayar biaya rumah sakit?!" tanya Aziz
mendesak. "Ya, terserah kamu saja, Pa!" jawab sang istri. Setelah
sepakat, maka Aziz pun mengambil tabungannya untuk melunasi biaya rumah
sakit. Uang sekitar Rp 35 juta rupiah pun dibayarkan kepada pihak rumah
sakit tempat ayahnya dirawat.
Aziz & istri berjuang keras untuk mencari dana untuk pembayaran
tanah, sedang waktu yang tersisa hanya tinggal sedikit. Hanya Allah Swt
satu-satunya sandaran bagi Aziz di saat semua yang bisa diandalkan telah
pupus. Hingga akhirnya pertolongan Allah Swt pun tiba di saat kegalauan
dan kepanikan memuncak. Dalam sebuah pertemuan keluarga Aziz bertemu
dengan seorang sepupunya bernama Hendra.
Sudah bertahun-tahun mereka tidak berjumpa. Saling bertanya kabar dan
berbagi pengalaman hidup mengalir dalam pembicaraan mereka. Hingga
Hendra bertanya tentang pekerjaan dan dimana Aziz berkantor setiap
harinya. "Aku sekarang buka usaha konstruksi, dan kantorku terletak di
kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur" terang Aziz.
"Bambu Apus yang dekat Taman Mini?!" tanya Hendra. "Ya , betul" tukas
Aziz. "Aku punya tanah tuh di daerah itu....!" terang Hendra ringan.
Hendra menjelaskan bahwa tanah tersebut berlokasi di jalan Gempol Raya,
Bambu Apus. Luas tanah tersebut +/- 860 M2 dan sudah lama hendak dijual
namun gak laku-laku.
Mendengar penjelasan Hendra, Aziz pun berkata, "Bagaimana kalau saya
saja yang bantu menjualnya?" "Ya, sudah. Tapi aku minta per meternya Rp.
1,5 juta ya!" pinta Hendra. Aziz kemudian menawar bagaimana kalau ia
bisa menjual dengan nilai lebih dari yang diminta Hendra. Hendra
menjawab, semua kelebihan dari harga yang diminta akan menjadi milik
Aziz.
Hasil dari pertemuan tersebut langsung difollow-up oleh Aziz. Ia
melihat lokasi tanah milik Hendra dan sesudah itu ia buat sebuah spanduk
yang menyatakan bahwa tanah tersebut dijual. Aziz amat optimistis bahwa
ia mampu menjual tanah tersebut!
Hari itu adalah hari Jum'at. Hari yang amat penuh berkah. Ia dan 2
orang staffnya saat itu berada di lokasi tanah Hendra untuk memasang
spanduk. Spanduk itu berisikan tulisan tentang info singkat tanah dan
kontak person Aziz berikut nomer telpon yang bisa dihubungi. Persis
seperti keyakinan Aziz, habis pulang shalat Jum'at ia ditelpon oleh
seseorang. Penelpon itu menanyakan berapa harga per meter tanah yang
diminta. Aziz menjelaskan bahwa harga per meternya adalah Rp.
1.650.000,-.
Pria penelpon itu mengatakan bahwa ia berminat namun ia hendak rembug
dengan istrinya terlebih dahulu. Namun ada satu permintaan penelpon itu
yang membuat Aziz tambah optimistis. "Pak Aziz, habis maghrib saya akan
telpon lagi, namun boleh gak spanduknya diturunkan dulu agar tidak ada
orang lain yang beli!" pinta pria penelpon. "Baik, pak! Spanduk itu akan
saya turunkan, asalkan bapak serius berminat beli tanah itu..." jawab
Aziz.
Betul saja, lepas Maghrib pria tadi menelpon kembali. Dalam
pembicaraan per telpon tersebut sang pria menawar harga tanah menjadi Rp
1.600.000,- per meter. Aziz dengan sigap menyetujui harga tersebut.
Singkat kata maka tanah tersebut pun dijual kepada pria tadi. Ada
selisih Rp 100 ribu per meter dari harga penjualan yang menjadi milik
Aziz. Luas tanah 860 M2 membuat Aziz mengantongi keuntungan selisih jual
tanah menjadi Rp 86 juta. Aziz bersyukur kepada Allah Swt atas karunia
yang amat mudah dan gampang prosesnya ini.
Hari jatuh tempo pembayaran tanah sudah tiba. Sang pemilik tanah
datang dengan tersenyum membayang setumpuk uang yang akan ia terima.
Demikian juga Aziz dan istri pun tersenyum. Tidak hanya akan mendapatkan
halaman belakang rumah bertambah luas, akan tetapi Aziz & istri
tersenyum karena membayangkan begitu indah mereka bisa punya kemampuan
membayar tanah seharga Rp 89 juta dalam waktu yang amat sempit.
Subhanallah..., rupanya harga tanah yang ia bayar hanya selisih Rp 3
juta dari komisi penjualan yang ia dapatkan dari tanah Hendra. Aziz
meyakini proses pembayaran tanah belakang rumah tidak semudah ini, anda
ia dan istri tidak tergerak untuk membantu pembayaran biaya rumah sakit
ayah. Aziz bergumam, "Inilah balasan kebaikan yang ia dapat sebab
menolong orang tua.... sehabis menolong ayah, eh.... kontan langsung
ditolong Allah!"***(kaunee/WI-001)
1 komentar:
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Posting Komentar